08 Oktober 2008

“Menancapkan Kuku” ke 100 Negara

Selain terus berinovasi di produk knockdown, Olympic gencar merangsek ke pasar ABG. Gebrakan inovasinya pun mengantarkannya ke kancah pasar internasional.

Kepiawaian dalam memproduksi dan memasarkan produk-produk furnitur knockdown sejak tahun 1983, berhasil mengukuhkan Olympic sebagai merek nomor wahid di benak konsumen. Di masa awal berdirinya, Olympic cuma memproduksi meja belajar. Kemudian, berkembang ke produk lain seperti bedroom set, children set, kitchen set, dan office set. Berada di bawah naungan bendera PT Cahaya Sakti Multi Intraco, Olympic kini juga gencar menggarap pasar ABG hingga pasar luar negeri.



“Inovasi furnitur knockdown merupakan tonggak keberhasilan Olympic. Padahal, waktu itu kompetitor yang mengandalkan produk knockdown jumlahnya mencapai 150-an, baik yang berlabel maupun non label. Jadi, persaingan tergolong ketat,” kata Petrus Yuniarto, Chief Marketing PT Cahaya Sakti Multi Intraco.

Banyaknya jumlah pemain rupanya tak menciutkan nyali Olympic untuk ikut merasakan manisnya “kue” pasar furnitur knockdown. Menurut Petrus, hal ini didasari oleh corporate positioning yang kuat, yakni sebagai perusahaan yang memberikan kualitas hidup yang lebih baik melalui desain produk yang inovatif dengan harga yang terjangkau.

Selain gencar mengkampanyekan produk knockdown-nya, Olympic juga tidak pernah berhenti menciptakan inovasi produk. Ya, situasi yang mereka hadapi sejak dulu hingga kini memang menuntut mereka untuk kreatif dan inovatif. Inovasi tersebut bisa dilihat pula dari kejelian Olympic masuk ke pasar yang baru dengan melirik segmen remaja alias ABG. Di segmen ini, Olympic secara khusus mendesain produk berlabel Chic & Hip dan Classy Pink.

“Data dari Majalah MARKETING Januari 2008 yang menyebutkan bahwa pasar konsumtif ABG antara 10-12 triliun per tahun, menginspirasikan Olympic untuk segera menggarap pasar ABG. Selain itu, populasi ABG berusia 13-18 tahun berjumlah 20 juta orang yang tersebar di 20 kota besar. Apalagi, ABG merupakan influencer yang sangat powerful sehingga perlu diperkenalkan secara dini,” jelasnya.

Ditambahkan Petrus, di Indonesia sendiri belum banyak pemain furnitur yang secara serius menggarap pasar ABG. Peluang inilah yang dimanfaatkan Olympic untuk menjadi penggerak pasar di lini tersebut. Bahkan, tak menutup kemungkinan sebagai market leader khusus produk ABG.

Olympic juga telah berhasil mengukir prestasi bagus di ajang lokal maupun internasional. Prestasi tersebut ditandai dengan keberhasilam mereka meraih Primaniyarta Award tahun 2006-2007, Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) berturut-turut dari tahun 2002 hingga 2006, dan penghargaan sejenis lainnya. “Meski demikian, kami tetap melakukan promosi dan edukasi kepada masyarakat dari berbagai kalangan sehingga mereka mengenal lebih jauh produk Olympic,” tegasnya.

Strategi yang diterapkan Olympic dalam mengedukasi pasar misalnya dengan menggelar Lomba Rakit Olympic untuk beberapa kategori seperti anak-anak, selebriti, mahasiswa, dan jurnalis. Ditambah lagi dengan aktivitas bertajuk Olympic School to School yang bertujuan menanamkan brand Olympic sejak usia dini. Dalam program Olympic School to School, para siswa berperan sebagai media promosi produk.

“Di samping itu, Olympic juga membuat inovasi lain, misalnya pada outlet. Sejak Desember 2006 lalu, jumlah outlet Olympic mencapai 92 dari 130 target outlet. Padahal jangka waktu untuk mencapai target tersebut baru berakhir tahun 2008 nanti,” ungkapnya.

Untuk penetrasi ke berbagai daerah, Olympic didukung dengan sistem jaringan distribusi yang luas melalui regional manufacturing dan Depo Bangunan. Penyebarannya sendiri sudah sampai ke Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan. Selain dijual oleh hampir semua toko funitur, Olympic juga melayani penjualan secara online sehingga memberikan kemudahan berbelanja bagi pelanggan.

Sementara itu, Olympic pun mulai “menancapkan kukunya” ke negeri seberang sejak tahun 1989. Kini sudah 100 negara di 5 benua yang dipasok Olympic. Tidak tanggung-tanggung, jumlah volume ekspornya lebih dari 100 kontainer per bulan, dengan maksimum kapasitas sebesar 200 kontainer per bulan.

Aktif mengikuti pameran produk di luar negeri merupakan salah satu entry mode mereka. Komunikasi dengan Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) pun senantiasa dijalin dengan baik, termasuk juga dengan KBRI dan asosiasi furnitur. Tentunya, mereka pun melakukan kunjungan ke negara tujuan ekspor secara kontinu.

“Internasional marketing Olympic rata-rata tumbuh 20% per tahun. Kami pun sering menyelenggarakan pameran di luar negeri untuk mendongkrak awareness Olympic. Pameran dilakukan empat kali dalam setahun di berbagai negara seperti Malaysia, Korea, Afrika (Sudan dan Tanzania), serta Dubai. Sedangkan untuk market share Olympic di antara eksportir Indonesia sekitar 20%,” akunya.

Petrus menambahkan, untuk mengepung pangsa pasar furnitur nasional yang marak dengan kompetitor, mereka mengeluarkan strategi multibrand. Jadi, selain Olympic, PT Cahaya Sakti Multi Intraco juga mengeluarkan merek lain seperti Solid, Albatross, Furnimart, dan lainnya. Masing-masing brand membidik segmen yang berbeda-beda.

Sementara dari sisi komunikasi, Olympic terlihat paling gencar beriklan dan melakukan kegiatan promosi lini bawah. Di above the line, TVC Olympic menggunakan endorser Jaja Miharja. Sedangkan untuk below the line, selain menggunakan brosur, poster, spanduk, dan baliho, mereka juga memanfaatkan transportasi kereta api untuk ruang pameran Olympic.

Nah, dengan semua aktivitas itu, siapakah yang tak kenal dengan Olympic? Hampir bisa dipastikan semua kalangan usia di Indonesia mengenal merek ini. Wajarlah pula kalau perusahaan ini dinobatkan sebagai pemenang kategori “Innovation in Marketing” dan “International Marketing” di ajang Marketing Award 2008.

Fisamawati
Majalah MARKETING

1 komentar:

Anonim mengatakan...

salut untuk OLYMPIC FURNITURE!

Posting Komentar