Ya, ini pertama kalinya saya mulai posting artikel dengan perubahan tampilan blog teranyar. Selain itu, konsep yang diusung pun mengalami perubahan yakni memuat artikel di balik liputan maupun naskah yang dimuat di media tempat saya bekerja. Tetapi, tak perlu khawatir, saya tetap memuat naskah "jadi" di blog percikmedia.
Dan pertama kalinya pula, saya mendapat kepercayaan untuk menulis artikel advertorial. Ya, ini adalah advertorial pertama yang saya dapat selama bekerja di Majalah MARKETING, sejak Februari 2008 silam. Advertorial yang saya buat adalah peluncuran buku ”Advertising Is Makes Money” besutan Adji Watono, President Director Dwi Sapta Group.
Senang? So, pastinya dong!. Tapi, rasa was-was juga menyelimuti, bahkan kian berdetak kencang setiap menitnya. Seperti ada suatu tanggung jawab besar di pundak saya. Maklum saja, pemasang advertorial sudah merelakan pundi-pundinya untuk pasang iklan. Tujuanya tak lain sebagai promosi, baik personal maupun korporat.
Teng jam 2 siang, saya dan Hendra selaku fotografer melaju ke Kelapa Gading Permai. Di tempat itulah perusahaan bernama Dwi Sapta menjalankan operasional bisnisnya. Perusahaan yang genap berusia 27 tahun di bidang periklanan.
Setibanya, saya bertemu dengan Saida, Public Relation Officer. Tanpa panjang lebar, proses wawancara dengan Adji Watono pun berlangsung. Saya sempat gugup, yang ada di benak saya adalah bagaimana menulis artikel sebaik mungkin sesuai permintaan mereka. Kepuasan antara Dwi Sapta, MARKETING, dan saya pribadi.
Satu pertanyaan keluar dari bibir saya, ”Mengapa membuat buku?”. Shit!, ucap saya dalam hati. Duh, inikan pertanyaan bodoh!. Layaknya, anak ’bau kencur’ yang baru terjun sebagai jurnalis. Nasi sudah jadi bubur, mau dikata apa?. Tenggelamlah saya dalam kemaluan.
”Pertanyaan bagus, mengapa saya membuat buku?” kata Adji mengomentari ucapan saya. Ini pertanyaan bagus, lanjutnya menegaskan. Saya terpana. Percaya tidak percaya. Sungguh di luar dugaan. Sesaat tersadar, senyum saya mengembang. Yang saya pikirkan tadi salah besar. Optimisme pun kembali bergairah. Fokus bertambah pula. Poin jawaban meluncur satu per satu secara gamblang.
Fuih, saya puas. Ini pertama kalinya, satu pertanyaan menjawab semua penjabaran buku dan latar belakangnya. Cukup satu kalimat tanya, Mengapa. Dan, ini juga pertama kalinya, penulisan dengan karakter +/- 4000 menghabiskan pita kaset dari side A hingga B full. Menakjubkan!
0 komentar:
Posting Komentar