12 Agustus 2009

Museum Bank Mandiri

Museum Perbankan Pertama di Indonesia

Seminggu lalu, ada teman kantor saya – namanya Mas Sigit, yang semangat mengajak saya jalan-jalan ke museum. Ya, tema yang diusungnya “Ekspedisi Museum Jakarta”. Saya pun menyanggupinya. Pukul 10.00 WIB, saya dan suami tiba di Stasiun Kereta Api Kota (Beos). Dengan tergesa-gesa melangkah menuju Museum Bank Mandiri yang terletak di Jalan Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat. Di sana, sudah ada yang menunggu saya dari tadi – Mas Sigit dan anaknya, Jagad.



Fuih, enggak menyangka juga bisa menginjakkan kaki di area seluas 22.176 m2. Maklum saja, saya tidak pernah serius ini ketika menyambangi museum maupun tempat bersejarah lainnya. Hanya selintas saja. Tapi, kali ini beda – rasa ketertarikan saya amat sangat tinggi. Museum bergaya Art Deco Klasik ini menawarkan pengalaman perjalanan menembus waktu ke bank tempo dulu.



Tak ingin berlama-lama, setelah mengisi buku kunjungan saya pun sudah disambut poster campaign “Yuk... Menabung di Bank Mandiri” di pintu masuk. Wow! Ternyata, Museum yang dahulu bernama Nederlandsche Handel Maatschappij NV (NHM) ini banyak digunakan oleh para fotografer sebagai studio foto. Apalagi, gedung ini dibangun oleh tiga arsitek Belanda yakni, J.J.J de Bruyn; A.P. Smits; dan C. Van de Linde. Gedung ini mulai dibangun tahun 1929. Dan pada tanggal 14 Januari 1933 secara resmi dibuka oleh C.J Karel Van Aalst, Presiden NHM ke-10.

Museum ini buka setiap hari Selasa hingga Minggu, dari pukul 09.00-16.00 WIB. Tiket yang dikenakan pun tak mahal, hanya sekitar Rp 1.000,- atau Rp 2.000,-. Bahkan, ada tiket free bagi nasabah dan pemegang kartu Mandiri; mahasiswa; pelajar; dan anak-anak. Asyik kan!

Saya melanjutkan menyusuri lorong lantai satu. Di lantai ini aneka peralatan perbankan tempo dulu terpajang secara teratur. Dari koleksi buku besar dan mesin hitung antik bisa dinikmati di sini. Penempatannya yang rapi menjadikan lorong lantai satu terkesan megah. Lanjut ke lantai dua, ada koleksi buku-buku tabungan tua. Yang unik, ada mesin hitung dari yang paling besar hingga yang kecil. Saya pun sempat melihat beberapa pejabat Bank Mandiri pada periode tertentu.

Hmmm... berada di dalam museum ini mengingatkan saya pada sistem perbankan masa itu. Semua masih dilakukan secara manual – mungkin, pada masa itu sudah tergolong canggih yah!. Oya, ada juga beberapa patung di beberapa ruangan. Patung-patung tersebut melakukan suatu adegan, seolah tengah beraktifitas. Pokoknya, keren deh!

Sayang, ditengah perjalanan mengelilingi museum – Jagad menguap, tanda kantuk melanda. Akhirnya, Mas Sigit pun terpaksa menyudahi ekspedisi ini dan kembali meninabobokan Jagad. Lantas, saya dan suami pun meneruskan semangat untuk menyusuri tiap sudut museum. Tak satu pun terlewatkan. Tertarik?

0 komentar:

Posting Komentar