29 Januari 2009

1 Jam Lebih Awal

Untuk kedua kalinya saya mendapatkan penugasan liputan Pond’s besutan PT Unilever Indonesia. Yupz, siapa lagi kalo bukan ketemu dengan Desy Khoirunnisa selaku Brand Manager Pond’s. Sekadar catatan, sebelumnya saya sempat menulis artikel Pond’s terkait program Beauty Class-nya.

Seperti biasanya, saya menghubungi Rio selaku public relation yang menangani toiletries. Jadwal wawancara pun ditangan yakni Selasa, 20 Januari 2009 jam 9.15 pagi teng. Alhasil, rasa seneng, suka cita, sorak-sorak bergembira... halagh

Cerita pun dimulai (lho lho... yang 2 paragraf diawal ternyata bukan cerita ya?). Lanjut.... Selepas sholat subuh, bergegas mandi dan tak lama (mengosok gigi). Teng pukul 6 pagi, saya pun segera meluncur dari Bekasi menuju Gatot Subroto.

Sadar akan jarak tempuh yang jauh, saya mencoba mengantisipasi dengan datang lebih pagi agar tidak kena macet yang mengakibatkan telat. Ternyata eh ternyata, jalanan lenggang tak seperti biasanya yang padat merayap. Alhasil, saya pun tiba di Graha Unilever jam 8 pagi. 1 JAM LEBIH AWAL. Padahal, wawancara hanya berlangsung sekitar 15 menit (karena data wawancara dulu masih ada hehehe).

Episode kedua, usai wawancara dengan Desy, saya mendapat SMS dari Noorman, PR PT Bakrietelecom. Isinya “Esia mengundang rekan2 media utk menghadiri launching hape esia fu menyambut imlek hari ini di pacifik place upper ground jam 10.30. Datang ya”. Saya pun segera melesat, berhubung saya juga ada jadwal wawancara dengan Nadia VP Corporate Communications, jadi sekalian aja ketemuan.

Lho... lho... ternyata, dalam SMS tersebut tidak di sebutkan spesifikasi tempat (Kebayang dong! Kalau saya keliling di area Pasific Place?)... Yup, sederet angka saya pencet – menghubungi Noorman kembali. Nah, ketemu deh lokasi yang dimaksud. Lho kok sepi? – saya pun langsung menduga “Apakah sudah selesai?”.

Saya pun menghampiri Ririn - salah satu tim Esia. Ternyata, saya datang 1 JAM LEBIH AWAL!!!

Read More......

05 Januari 2009

Pertama

Ya, ini pertama kalinya saya mulai posting artikel dengan perubahan tampilan blog teranyar. Selain itu, konsep yang diusung pun mengalami perubahan yakni memuat artikel di balik liputan maupun naskah yang dimuat di media tempat saya bekerja. Tetapi, tak perlu khawatir, saya tetap memuat naskah "jadi" di blog percikmedia.

Dan pertama kalinya pula, saya mendapat kepercayaan untuk menulis artikel advertorial. Ya, ini adalah advertorial pertama yang saya dapat selama bekerja di Majalah MARKETING, sejak Februari 2008 silam. Advertorial yang saya buat adalah peluncuran buku ”Advertising Is Makes Money” besutan Adji Watono, President Director Dwi Sapta Group.

Senang? So, pastinya dong!. Tapi, rasa was-was juga menyelimuti, bahkan kian berdetak kencang setiap menitnya. Seperti ada suatu tanggung jawab besar di pundak saya. Maklum saja, pemasang advertorial sudah merelakan pundi-pundinya untuk pasang iklan. Tujuanya tak lain sebagai promosi, baik personal maupun korporat.

Teng jam 2 siang, saya dan Hendra selaku fotografer melaju ke Kelapa Gading Permai. Di tempat itulah perusahaan bernama Dwi Sapta menjalankan operasional bisnisnya. Perusahaan yang genap berusia 27 tahun di bidang periklanan.

Setibanya, saya bertemu dengan Saida, Public Relation Officer. Tanpa panjang lebar, proses wawancara dengan Adji Watono pun berlangsung. Saya sempat gugup, yang ada di benak saya adalah bagaimana menulis artikel sebaik mungkin sesuai permintaan mereka. Kepuasan antara Dwi Sapta, MARKETING, dan saya pribadi.

Satu pertanyaan keluar dari bibir saya, ”Mengapa membuat buku?”. Shit!, ucap saya dalam hati. Duh, inikan pertanyaan bodoh!. Layaknya, anak ’bau kencur’ yang baru terjun sebagai jurnalis. Nasi sudah jadi bubur, mau dikata apa?. Tenggelamlah saya dalam kemaluan.

”Pertanyaan bagus, mengapa saya membuat buku?” kata Adji mengomentari ucapan saya. Ini pertanyaan bagus, lanjutnya menegaskan. Saya terpana. Percaya tidak percaya. Sungguh di luar dugaan. Sesaat tersadar, senyum saya mengembang. Yang saya pikirkan tadi salah besar. Optimisme pun kembali bergairah. Fokus bertambah pula. Poin jawaban meluncur satu per satu secara gamblang.

Fuih, saya puas. Ini pertama kalinya, satu pertanyaan menjawab semua penjabaran buku dan latar belakangnya. Cukup satu kalimat tanya, Mengapa. Dan, ini juga pertama kalinya, penulisan dengan karakter +/- 4000 menghabiskan pita kaset dari side A hingga B full. Menakjubkan!

Read More......